LOMBOK TENGAH, iNews.id - Tragis menimpa seorang santri asal Janapria, Lombok Tengah, berinisial ZA (14). Korban tewas usai berkelahi dengan teman sekamarnya di salah satu pondok pesantren Kecamatan Janapria.
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Lombok, Aiptu Pipin Setyaningrum menjelaskan, peristiwa tragis tersebut terjadi saat para santri berada di kamar mereka setelah salat ashar, Minggu (3/8/2025). Kemudian korban berkelahi dengan teman sekamarnya.
“Korban dengan pelaku satu kamar. Kejadiannya pulang shalat ashar berjemaah. Mereka cekcok hingga terjadi perkelahian. Korban ditendang oleh pelaku hingga terbentur tembok,” ungkap Pipin, Senin (4/8/2025).
Kendati demikian, hingga kini polisi belum menerima laporan dari pihak keluarga terkait kasus tersebut. “Belum ada laporan ke polres namun rencana kami akan melakukan pemanggilan kepada pimpinan pondok pesantren,” ujarnya.
Pimpinan Pondok Pesantren, Lukmanul Hakim menjelaskan peristiwa tersebut terjadi bakda ashar usai penerimaan siswa baru.
Lukman mengatakan, korban dan pelaku merupakan siswa baru yang baru masuk pondok sejak sepekan lalu. Kemudian, para santri melakukan bersih-bersih termasuk santri baru yang melakukan bersih-bersih di kamar mereka.
“Selesai ashar, beres-beres lingkungan pondok. Santri baru kemudian ada yang di kamar jadilah insiden kecil sesama santri,” kata Lukman.
Terkait kronologi kejadian, Lukman mengaku tidak mengetahui pasti. Namun diakuinya hal tersebut merupakan musibah dan kebiasaan anak-anak yang bermain dan bercanda dengan sesama temannya.
“Namanya juga anak-anak entah seperti apa mereka becanda atau kita tahu sendirilah situasi anak-anak sekarang, main silat-silatan segala macam seperti niki kan,” ujarnya.
Keluarga Ikhlas
Keluarga korban merasa terpukul lantaran menerima informasi korban yang meninggal usai dijenguk keluarga satu jam sebelum kejadian.
“Paginya kan di sana sampai siang, karena penerimaan siswa baru. Tapi setelah beberapa lama pulang tiba-tiba pimpinan pondok datang dan mengatakan dia meninggal,” ungkap Nurhasanah, ibu korban.
Nurhasanah menceritakan, anaknya masuk pondok pesantren merupakan keinginannya sendiri. “Selama beberapa hari di pondok tidak ada hal yang mencurigkan. Sering saya tanya, gimana di pondok? Ada yang ganggu atau giamana? Tapi dia selalu jawab dia betah dan senang di sana,” ungkapnya.
Keluarga korban menolak untuk autopsi dan menganggap kejadian tersebut sebagai musibah. “Dia pergi dulu dalam keadaan sehat, tapi mungkin ini takdir, janjinya. Iya, saya tidak mau autopsi,” ucap Nurhasanah.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait