Profil & Biodata TGB M Zainul Majdi, Eks Gubernur NTB yang Ditegur Brimob
JAKARTA, iNews.id – Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ditegur anggota Brimob saat menyaksikan tes pramusim MotoGP dari atas bukit 360 di Sirkuit Mandalika.
Brimob itu menegur TGB karena berada di kawasan yang memang terlarang untuk umum. Di kawasan itu, TGB mengabadikan para pembalap yang melintas di sirkuit sekaligus berswafoto.
Meski ditegur, TGB yang dua periode menjabat Gubernur NTB itu tidak marah. Malahan, jawaban dan sikapnya membuat haru.
Kisah ini diunggah Muhlisin di akun Facebook pada 13 Februari 2022 dan viral di media sosial. Unggahan ini mendapat 789 like, 71 komentar, dan dibagikan ulang sebanyak 598 kali, salah satunya akun TGB Lovers.
"Silakan kalau sudah selesai foto untuk langsung kembali. Ini bukan tempat umum," kata anggota Brimob bernama Jumatri ini.

Melansir dari pdnwdilobar.or.id, Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) lahir di Pancor, Selong, NTB, 31 Mei 1972.
TGB merupakan cendikiawan muslim, ulama tafsir Al Quran, pemimpin organisasi masyarakat dan juga politisi yang pernah menjabat Gubernur NTB 2 periode yaitu tahun 2008-2013 dan 2013-2018.
Sebelum menjabat Gubernur, TGB M Zainul Majdi pernah menjadi anggota DPR pada masa jabatan 2004-2009 yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan (Komisi X).
TGB M Zainul Majdi adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin, seorang pensiunan birokrat Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri pertama dari Almagfurulahu maulana assyaikh TGH M Zainuddin Abdul Madjid atau sering disebut Tuan Guru Pancor, pendiri organisasi Islam Nahdlatul Wathan (NW), Madrasah NWDI, NBDI dan pendiri Pesantren Darunnahdlatain.
M Zainul Majdi muda mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 3 Mataram (Sekarang SDN 6 Mataram), dan lulus pada tahun 1986.
TGB melewati jenjang sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun, dan lulus Madrasah Aliyah di yayasan yang sama tahun 1991.
Sebelum memasuki perguruan tinggi ia menjalani pendidikan menghafal Al-Qur’an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992 M Zainul Majdi muda berangkat ke Kairo guna menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo. Ia pun berhasil lulus da meraih gelar LC (S1) pada tahun 1996.
Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (MA) dengan predikat “Jayyid Jiddan”. Pulang dari Mesir, TGB berdakwah di Pesantren Assyafiiyah Pulo Air milik KH Abdullah Syafii dan kemudian pulang ke Pancor melanjutkan pengelolaan Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor, peninggalan ninik (kakek) beliau sejak tahun 1999 sampai saat ini.
Di bawah asuhan TGB, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor yang saat itu sempat terpuruk menjadi berkembang pesat baik dari segi fisik, prasarana, sumberdaya dan jumlah santri.

Karena aktivitasnya yang berdakwah ke seluruh pelosok Lombok atas undangan jamaah sejak kembali dari Mesir inilah, kemudian tokoh-tokoh masyarakat Pancor memanggil beliau sebagai Tuan Guru Bajang, mirip seperti panggilan masyarakat Pancor ketika kakek beliau Almagfurulahu maulana assyaikh datang dari Mekah.
Sebutan Tuan Guru Bajang atau sering disingkat TGB itulah yang sejak saat itu dikenal oleh masyarakat NTB bahkan Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, M Zainul Majdi melanjutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama.
Dalam aktivitas dakwahnya, TGB kerap diundang oleh umat di seluruh indonesia selain mengisi majelis pengajian seperti di Islamic Center NTB setiap habis Jumat.
Sebagai ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar menggantikan Prof Dr Quraish Shihab, TGB dikenal sebagai pengusung konsep Islam Wasathiyah dari Al-Azhar yang sering dia suarakan dalam ceramah atau diskusi di ruang publik.
Dalam pengabdian sebagai kepala daerah NTB 2 periode banyak penghargaan yang beliau terima. TGB M Zainul Majdi menerima Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan Bidang Kesehatan di NTB. Penghargaan tersebut diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Majdi pada peringatan Hari Kesehatan Nasional di Jakarta.
Pada 2012, Wakil Presiden Boediono didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menganugerahkan penghargaan kepada TGB sebagai pembina Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Pedesaan (PNPM-Mpd) Terbaik dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Pada 13 Agustus 2012, TGB menerima penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono.
TGB dinilai telah berkontribusi dan berprestasi dalam pembangunan bidang koperasi dan usaha kecil, yang patut ditiru oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Penghargaan Bintang Mahaputera ini persis mengikuti jejak penghargaan yang diberikan negara kepada kakeknya Maulana Assyaikh di tahun 1999 atas dedikasi beliau di bidang pendidikan dan agama untuk nusa bangsa.
Editor: Kastolani Marzuki