Ratusan Pohon di Bypass BIL-Mandalika Hilang Dicuri

MATARAM, iNews.id - Ratusan pohon yang ditanam di sepanjang jalan Bypass BIL-Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) hilang diduga dicuri. Padahal, pohon yang hilang itu harga per bibitnya bisa mencapai Rp100.000.
"Pohon-pohon ini dicabut orang. Totalnya ada ratusan yang hilang," ujarnya Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Madani Mukarom, Kamis (6/1/2022).
Kejadian hilangnya pohon-pohon ini ungkap Madani Mukarom, bukan pertama kali.
"Begitu kita tanam dan tidak sampai seminggu sudah hilang. Tanam lagi hilang," katanya.
Madani Mukarom mengatakan, pohon jenis kijang kencana memang masih mahal di pasaran. Hal itu mungkin menjadi salah satu motif orang mencuri tanaman terserbut.
"Memang Kijang Kencana ini mahal di pasaran. Kalau dia bibit trembesi mungkin enggak akan dicuri orang. Tapi karena dia (kejang kencana) mahal makanya dicuri. Sudah risikonya tanam," katanya.
Dia mengatakan, kejadian-kejadian hilangnya pohon di sepanjang 17 kilometer jalan Bypass BIL-Mandalika sudah sering disampaikan kepada pemerintah desa, terutama yang berdekatan dengan jalan Bypass BIL-Mandalika. Bahkan, aparat desa dan masyarakat juga sudah diminta untuk menjaga dan merawat pohon-pohon tersebut.
"Semua desa dan polisi juga kita libatkan dalam pengawasan tapi memang ada saja yang hilang. Tapi bagaimanapun kita butuh kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga," ucap Madani Mukarom.
Lebih lanjut Madani Mukarom, menyampaikan, untuk kembali menghijaukan jalan Bypass BIL-Mandalika diperlukan 1.200 bibit pohon. Tak hanya jalan Bypass BIL-Mandalika seluruh wilayah termasuk di areal Sirkuit Mandalika juga ditanami pohon. Bahkan, tahun ini pihaknya akan memperluas keterlibatan perbankan untuk membantu pemerintah bentuknya menanam pohon.
"Dari 1.200 bibit pohon, 50-60 persen sudah dibagi habis kepada perbankan yang ada di NTB untuk terlibat melakukan gerakan penghijauan, termasuk dalam melakukan pengawasan. Jadi begitu ditanam tidak lalu ditinggalkan namun harus sering diawasi," katanya.
Editor: Nani Suherni