Salah satu anak sapi milik warga di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang masih hidup (Foto: Antara/Akhyar)

PRAYA, iNews.id - Selama sebulan sebanyak 15 ekor anak sapi mati terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang masih merebak di Lombok Tengah (Loteng), Nusa Tenggara Barat (NTB). Anak sapi itu mati karena tidak mendapat susu dari induknya yang terkena PMK.

"Anak sapi itu mati karena kurang mengkonsumsi susu dari induknya yang terkena PMK. Jadi bukan mati terkena PMK," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman, Rabu (8/6/2022).

Sedangkan untuk ternak sapi yang terkena wabah PMK sampai saat ini tidak ada yang mati, namun ada yang dipotong paksa oleh para peternak sendiri. Kasus PMK di Loteng saat ini masuk gelombang kedua, karena kasusnya terus meningkat mencapai 4.800 ekor, namun telah sembuh sebanyak 2.456 ekor.

"Tinggal 49 persen yang masih sakit dan sedang dalam proses pengobatan," katanya.

Dia mengatakan kondisi obat untuk mencegah wabah PMK masih langka, sehingga pihaknya melakukan pengobatan dengan herbal seperti dari gula merah, kunyit, dan daun kelor, untuk diberikan kepada ternak yang sakit.

Dia juga berharap kepada masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan PMK bagi ternak sapi yang terjangkit dan menyemprotkan disinfektan untuk sterilisasi kandang ternak.

"Obat herbal juga cukup membantu dalam penyembuhan ternak sapi yang terkena wabah PMK," katanya.

Sebelumnya pemerintah daerah telah melakukan perpanjangan penutupan pasar hewan hingga tanggal 20 Juni 2022 dalam rangka mencegah penyebaran penyakit PMK.

"Awal bulan ini pasar hewan itu akan kita buka, namun kondisi kasus terus meningkat, sehingga masih ditutup sementara," katanya.


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network