JAKARTA, iNews.id - Presiden kedua Indonesia Soeharto buka-bukaan di depan wartawan soal dirinya berasal dari desa dan bukan keturunan ningrat. Momen itu rupanya menjawab sebuah berita di majalah yang keliru menulis latar belakang Soeharto.
Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi yang diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda, presiden kedua RI ini bercerita panjang lebar.
Ingatannya tentang perjalanan hidup ini bermula ketika berumur tiga tahun. Waktu itu Soeharto sudah bersama Mbah Kromodiryo, dukun yang biasa menolong orang melahirkan. Nama panggilannya adalah Mbah Kromo, adik kakek Soeharto, mbah Kertoirono.
Beliaulah yang menolong ibunda Soeharto yang bernama Sukirah sewaktu melahirkan pada 8 Juni 1921, di rumah yang sederhana, di Desa Kemusuk, dusun terpencil, daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat kota Yogyakarta.
Ayah Soeharto yang bernama Kertosudiro, adalah ulu-ulu, petugas desa pengatur air, yang bertani di atas tanah lungguh, tanah jabatan selama beliau memikul tugasnya itu. Beliau yang memberi nama Soeharto.
Soeharto anak ketiga. Dari istri yang pertama beliau mempunyai dua anak. Sebagai duda, beliau menikah lagi dengan ibu Sukirah. Tetapi hubungan orang tuanya tersebut kurang serasi hingga akhirnya setelah Soeharto dilahirkan, mereka bercerai.
Beberapa tahun kemudian, Sukirah menikah lagi dengan seseorang yang bernama Atmopawiro. Pernikahannya ini melahirkan tujuh orang anak. Sementara itu ayah Soeharto pun menikah lagi dan mendapatkan empat anak lagi.
Tak terkira sebelumnya, bahwa pada suatu waktu di hari tua Soeharto, dirinya mesti menjelaskan silsilahnya karena ada yang menulis yang bukan-bukan di bulan Oktober 1974 di sebuah majalah.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait