La Nyalla optimistis pengembangan NTT dan NTB sebagai pusat budi daya kerapu dan kakap akan membuahkan hasil yang baik. Selain membantu pendapatan daerah, tentunya keberhasilan tersebut juga akan berdampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Neraca perdagangan mutlak harus positif, dengan demikan cadangan devisa dari subsektor kerapu dan kakap bisa meningkat. Pengembangan produksi dua komoditas yang menjanjikan itu harus kita genjot,” kata La Nyalla.
Produksi dan ekspor ikan Kerapu memang sempat mengalami penurunan dampak pandemi Covid-19. Seiring waktu, ekspor Kerapu di Indonesia meningkat sampi 5 persen di pertengahan tahun 2020.
“Apalagi saat ini KKP telah mengubah aturan yang mengizinkan kapal ekspor ikan Kerapu hidup ke luar negeri, setelah pelarangan ekspor Kerapu hidup merugikan nelayan dan petani tambak karena harganya anjlok. Harga Kerapu semakin tinggi jika dijual secara hidup di pasar Jepang, Korea, China (Tiongkok), Hongkong dan Taiwan,” kata LaNyalla.
Data KKP pada 2020, volume ekspor Kerapu meningkat sebesar 5,4 persen per tahun, dari 153 ribu ton menjadi 188.000 ton. Sedangkan tren kenaikan nilai ekspor kerapu sebesar 4,6 persen per tahun, dari USD261 juta menjadi USD303 juta USD.
Berdasarkan data tersebut, La Nyalla mengatakan permintaan ikan kerapu di dunia sangat tinggi.
“Maka pembudidaya dan pengusaha harus bisa mencari peluang, dan pemerintah tentunya harus terus memberi dukungan serta fasilitas, termasuk terkait distribusi yang saat ini mengalami hambatan akibat adanya pembatasan dampak Covid, khususnya di Tiongkok (China) yang menjadi pasar terbesar ekspor Kerapu Indonesia,” tuturnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait