BIMA, iNews.id - Warga pesisir laut Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengeluh diserang berbagai penyakit setelah sekian tahun mengonsumsi air sumur berbau limbah minyak. Warga menduga air itu berbau karena terkontaminasi dari kebocoran pipa PT Pertamina Bima.
Merespons keluhan warga, PT Pertamina memberikan jawaban dalam siaran pers. Menurut perusahaan BUMN ini, berdasarkan hasil uji sampel, air warga tidak tercemar minyak dari PT Pertamina. Pengambilan sampel dilakukan Tim Labkesda Kota Bima pada Senin (15/2/2021) lalu.
"Sumber air warga Wadu Mbolo tidak tercemar minyak," kata Unit Manager Communication & CSR Pertamina Marketing Region Jatimbalinus, Deden Idhani, Kamis (4/3/2021).
Deden mengatakan, uji sampel yang diambil dari delapan titik di lokasi sumber air berbeda milik warga di RW 05 Desa Wadumbolo Kelurahan Dara, Kota Bima, sebagai bentuk respons cepat Pertamina terhadap keluhan masyarakat. Hasilnya, Labkesda Kota Bima memastikan air sumur tidak tercemar minyak. Air tersebut juga sudah sesuai dengan standar baku mutu kualitas air yang layak bagi kesehatan masyarakat.
"Labkesda Kota Bima sudah melakukan prosedur pengambilan sampel air milik warga dan melakukan pengujian selama 10 hari kerja. Hasilnya tidak ada pencemaran minyak di sumber air milik warga," ujar Deden.
Hasil ini sudah disampaikan Pertamina kepada Lurah Dara, Nurkomala. Informasi tersebut diteruskan ke warga Desa Wadu Mbolo bersama dengan Ketua RW 05, Budiman dan Ketua Komunitas Dorolonda (KDL) Ahmad pada Sabtu (27/2/2021). Hasil uji sampel dari Labkesda Kota Bima secara resmi juga sudah disampaikan oleh Pertamina kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima.
Deden menambahkan, dugaan pencemaran air yang tidak terbukti dari hasil uji sampel harus diketahui oleh semua pihak di lingkungan Kota Bima, agar ke depannya masyarakat tidak mudah terpapar informasi yang tidak bersumber dari fakta di lapangan.
"Pertamina dalam mengelola wilayah operasionalnya selalu patuh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk terkait dengan aspek HSSE (Health, Safety, Security, Environment) atau K3LL (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)," kata Deden.
Sementara warga lingkungan Wadu Mbolo, Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima mengatakan, kondisi air sumur berbau sudah terjadi sejak tahun 1997. Baunya makin parah saat musim hujan.
Hingga kini, keresahan warga akan adanya bau menyengat dari setiap sumur di lingkungan setempat belum teratasi. Warga sudah protes kepada PT Pertamina di wilayah Wadu Mbolo, namun respons perusahaan BUMN itu tidak memuaskan.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait