Gempa Magnitudo 7.1 di Laut Jawa, Ini Penyebabnya Kata Badan Geologi
BANDUNG, iNews.id - Gempa bumi magnitudo 7.1 yang terjadi di Laut Jawa cukup mengejutkan banyak pihak, Selasa (29/8/2023) pada pukul 02.55.32 WIB. Namun gempa tersebut terjadi pada kedalaman 521 km pada koordinat 4,38 LS dan 116,9 BT.
Plh Kepala Badan Geologi Hermansyah mengatakan, wilayah yang terletak dekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Gempa bumi ini tergolong dalam dan dengan magnitudo (M7,1) akan terasa pada daerah luas. Guncangan gempa bumi akan lebih terasa pada wilayah pantai Kalimantan Selatan, Pulau Madura, utara Jawa Bali dan Nusa Tenggara.
Wilayah tersebut pada umumnya merupakan morfologi dataran pantai, dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan, yang tersusun oleh batuan berumur Tersier (terdiri–dari batuan sedimen, batu gamping dan batuan rombakan gunung api) dan endapan Kuarter (terdiri–dari endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda). Sebagian batuan berumur Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
"Endapan Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi," katanya.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas zona penunjaman yang terbentuk akibat tumbukan antara Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudera Indo-Australia dengan mekanisme sesar normal dan berarah relatif barat barat laut dan timur tenggara.
Data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah, sebagian tinggi dan rendah. Kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.
"Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang kekuatannya lebih kecil. Daerah yang terlanda guncangan gempa bumi (Jawa Timur, Bali, Lombok) tergolong rawan gempa bumi, oleh karena itu direkomendasikan agar ditingkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural," ujar dia.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) seperti retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Editor: Asep Supiandi