get app
inews
Aa Text
Read Next : Peringati Hari Pahlawan, Gubernur Kalsel Ajak Masyarakat Pertahankan Kemerdekaan

Implementasi Model Pembelajaran Santripreneur Dorong Kemandirian Ekonomi Santriwati Pasca-Pesantren

Selasa, 11 November 2025 - 10:50:00 WIB
Implementasi Model Pembelajaran Santripreneur Dorong Kemandirian Ekonomi Santriwati Pasca-Pesantren
Program Santripreneur yang dikembangkan tim pengabdian Universitas Mataram di Madrasah Aliyah Putri Hikmatusysyarief. (Foto: dok istimewa)

MATARAM, iNews.id - Pesantren menghadapi tantangan baru di tengah arus digitalisasi dan perubahan sosial yang cepat, yakni bagaimana menyiapkan lulusannya, khususnya santriwati, agar tidak hanya cakap dalam ilmu agama, tetapi juga mandiri secara ekonomi. Tantangan ini menjadi sangat nyata di Madrasah Aliyah Putri Hikmatusysyarief, Dusun Salut, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Lombok Barat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak madrasah, sekira 65 persen santriwati menikah dalam waktu enam bulan setelah lulus, sebagian besar tanpa bekal keterampilan atau kesiapan finansial yang memadai. Latar belakang keluarga yang sebagian besar berasal dari keluarga petani dan buruh harian dengan penghasilan rata-rata di bawah Rp1,5 juta per bulan juga menambah pelik masalah ini.

Budaya lokal dan tekanan sosial sering kali memandang bahwa perempuan sudah “cukup” setelah menamatkan pendidikan di tingkat aliyah. Akibatnya, potensi intelektual dan keterampilan yang telah dibangun selama masa pendidikan tidak tersalurkan secara optimal.

Kondisi tersebut juga berimbas pada rendahnya partisipasi santriwati dalam kegiatan ekonomi produktif, hanya sekitar 7 persen alumni yang memiliki usaha atau bekerja mandiri, sementara sisanya menjadi ibu rumah tangga tanpa penghasilan.

Sementara itu, fasilitas laboratorium komputer di pondok yang terbatas hanya enam unit aktif dan koneksi internet yang tidak stabil, pengetahuan tentang inovasi ekonomi kreatif serta akses terhadap teknologi menjadi hambatan serius. Di sisi lain, latar belakang pendidikan orang tua yang umumnya hanya sampai tingkat dasar membuat dukungan terhadap pendidikan lanjutan pun minim. 

Keterbatasan ini mendorong perlunya intervensi pendidikan berbasis teknologi dan literasi keuangan, agar para santriwati dapat diberdayakan menjadi pelaku ekonomi produktif, meski dari rumah. Dari situlah lahir inisiatif Model Pembelajaran Santripreneur Berbasis Teknologi dan Literasi Keuangan yang menjadi sebuah upaya konkret untuk mengintegrasikan nilai-nilai pesantren dengan semangat kewirausahaan modern.

Program Santripreneur yang dikembangkan tim pengabdian Universitas Mataram ini bertujuan menyiapkan santriwati agar mampu mengelola usaha mandiri berbasis potensi lokal dengan dukungan keterampilan digital dan pemahaman manajemen keuangan. Melalui pelatihan, pendampingan, dan praktik langsung, para peserta diajarkan cara membuat produk, mengatur keuangan, hingga memasarkan hasil karya mereka secara daring.

Program inisiasi dari hulu ke hilir, menjadi stimulan para santri pasca-lulus dari pesantren. Pada pelatihan yang sudah berlangsung, santriwati dilatih mengenai kewirausahaan kontekstual, yakni mengajarkan cara mengidentifikasi potensi lokal seperti kuliner yang bisa dikembangkan menjadi usaha rumahan.

Dalam hal ini produk yang dibuat adalah kue lumpur ubi ungu, risoles gendut, cake oven, dan talam sagu mutiara. Produk-produk yang dibuat adalah kombinasi dari berbagai jenis cara memasak seperti dioven, dipanggang, digoreng, dan dikukus. 

Pada pelatihan kedua, yaitu digital marketing, mengajarkan para santri bagaimana mempromosikan, menjual dan memasarkan produk melalui pemasanan online digital.

Berikutnya adalah pelatihan teknologi digital, yaitu memanfaatkan platform seperti Canva, Instagram, dan WhatsApp Business untuk promosi produk, pembuatan konten, dan manajemen pelanggan. Santri dilatih menggunakan canva pro untuk mengemas produk agar lebih menarik melalui desain grafis yang estetik. 

Terakhir adalah pengenalan literasi keuangan, dengan membekali santriwati kemampuan mengatur keuangan pribadi dan usaha sederhana, termasuk pencatatan, perencanaan modal, serta pentingnya tabungan. Pada pengabdian ini, hasil awal menunjukkan perubahan signifikan: munculnya ide-ide usaha baru, meningkatnya pemahaman tentang pengelolaan keuangan, serta tumbuhnya kepercayaan diri santriwati dalam memanfaatkan teknologi untuk berwirausaha.

Program Santripreneur menyiapkan santriwati agar mampu mengelola usaha mandiri berbasis potensi lokal. (Foto: dok istimewa)
Program Santripreneur menyiapkan santriwati agar mampu mengelola usaha mandiri berbasis potensi lokal. (Foto: dok istimewa)

Lebih dari sekadar pelatihan teknis, program Santripreneur membawa misi sosial yang lebih luas yaitu memotivasi para santriwati dan lembaga untuk berkembang mengikuti perubahan zaman, mengubah cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan dalam ekonomi keluarga dan menumbuhkan jiwa berwirausaha yang tanpa modal besar.

Dengan membuka peluang bagi santriwati untuk berkarya dan menghasilkan pendapatan maka efek angka pernikahan dini diharapkan dapat menurun, dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan meningkat serta cakrawala untuk mengebangkan kehidupan dengan berwirausaha akan semakin luas.

Di sisi ekonomi, keterampilan kewirausahaan dan literasi keuangan menjadi modal penting untuk menciptakan usaha mikro berbasis potensi lokal, yang dapat memperkuat ekonomi keluarga dan komunitas pesantren. Program ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 4 (Pendidikan Berkualitas), poin 5 (Kesetaraan Gender), dan poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).

Teknologi digital menjadi tulang punggung utama dalam model pembelajaran ini. Dengan memanfaatkan perangkat sederhana seperti smartphone, santriwati diajarkan untuk mendesain kemasan produk melalui Canva, mencatat transaksi menggunakan Google Spreadsheet, serta memasarkan produk di Facebook, Instagram dan WhatsApp Business.

Platform tersebut dipilih karena ringan, mudah diakses, dan sudah akrab dengan keseharian generasi muda pesantren. Tidak hanya memudahkan adaptasi terhadap dunia usaha digital, tetapi juga menanamkan keterampilan yang relevan untuk masa depan tanpa harus meninggalkan nilai-nilai religius dan budaya pesantren.

Keberhasilan program Santripreneur tidak lepas dari sinergi antara tim akademisi, madrasah, guru, dan masyarakat. Metode participatory action research yang digunakan membuat semua pihak terlibat aktif sejak perencanaan hingga evaluasi. Guru berperan sebagai fasilitator, mahasiswa sebagai pendamping, dan orang tua sebagai pendukung keberlanjutan di rumah.

Melalui kolaborasi ini, Madrasah Aliyah Putri Hikmatusysyarief tidak lagi hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pemberdayaan ekonomi perempuan muda pesantren. Ke depannya, model pembelajaran Santripreneur ini diharapkan dapat direplikasi di madrasah lain di Lombok dan wilayah Indonesia Timur, sebagai langkah strategis menuju pesantren yang adaptif, mandiri, dan berdaya saing di era digital.

Hal tersebut juga sejalan dengan program pemerintah untuk menumbuhkan para wirausaha muda yang nantinya dapat menjadi penggerak ekonomi bangsa di sector UMKM.

Kemandirian ekonomi santriwati bukanlah sekadar mimpi. Dengan pendidikan yang memberdayakan, akses teknologi yang inklusif, dan dukungan sosial yang kuat, para perempuan muda pesantren dapat menjadi pelaku perubahan bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi komunitas, masyarakat dan bangsa.

Program Santripreneur membuktikan bahwa nilai religius dan kemandirian ekonomi dapat berjalan seiring, melahirkan generasi santriwati yang alim, kreatif, dan berdaya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, atas pendanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui Program Hibah Pengabdian kepada Masyarakat BIMA KEMDIKTISAINTEK Tahun Anggaran 2025.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada jajaran MA Putri Hikmatusysyarief NWDI Salut, Desa Selat, Kecamatan Narmada selaku mitra yang telah berkolaborasi dengan baik. Selain itu, penulis menyampaikan apresiasi kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram yang telah memfasilitasi terselenggaranya kegiatan ini, sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Oleh: 

Mohammad Najib Roodhi, Gilang Primajati, Zamroni Alpian Muhtarom, Juan Kurnia, dan Ghina Aurelia Rachman.

Editor: Rizqa Leony Putri

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut