Semula, Desa Cijenuk bernama Kampung Panaruban. Kata Panaruban berasal dari bahasa Arab, yakni Takorub yang berarti mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cijenuk sendiri memiliki makna tempat berkumpul dan dalam perkembangan selanjutnya dusun atau kampung tersebut berubah menjadi Cijenuk.
Hingga saat ini, memang belum ditemukan catatan tertulis atau pun hasil penelitian yang secara rinci memuat tentang riwayat Islamisasi di daerah tersebut. Pembahasan tentang penyebaran Islam di daerah ini masih berkisar dari mulut ke mulut atau tradisi lisan berupa potongan-potongan kisah yang disampaikan oleh para orang tua atau leluhur maupun tokoh agama atau ulama setempat.
Namun, dari keterangan yang diperoleh, Syekh Maulana Muhamad Syafei memilih menggunakan metode dzikir dalam menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di tempat itu. Lama kelamaan, Cijenuk banyak didatangi para santri yang ingin belajar ajaran Islam.
Dalam syiar Islam itu, Syekh Maulana Muhammad Syafei dibantu oleh Eyang Jaga Wadana, Eyang Jaga Raksa, dan Eyang Jaga Wulan. Mereka berjuang tanpa kenal lelah untuk menegakkan dan mengembangkan syiar Islam seperti yang tekah diamanatkan leluhurnya.
Dalam cerita yang berkembang hingga saat ini, semasa hidupnya, Syekh Maulana Muhammad Syafei juga dikenal memiliki banyak karomah. Hal itu pulalah yang membuat masyarakat menjulukinya sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Salah satu karomah yang dimiliki, yakni mampu berada di beberapa tempat dalam satu waktu.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait