Cerita Pekerja Migran Ilegal dari Lombok: Taruhan Nyawa, Tak Bisa Berenang Tenggelam
"Diangkut menggunakan kapal laut melalui jalur tikus pada malam hari sekitar pukul 03.00 Wita," katanya.
Lebih parahnya, dia bersama para PMI lainnya itu diturunkan cukup jauh dari bibir pantai, sehingga harus berenang menuju pinggir pantai melewati rawa sambil membawa pakaian di atas kepala supaya tidak basah. Selanjutnya berjalan kaki dengan melewati perkebunan menuju tempat yang telah disediakan di perkampungan
"Ketika sampai di wilayah Malaysia telah ada yang menunggu sebagai penunjuk arah ke tempat penampungan," katanya.
Dirinya menggunakan jalur ilegal itu, karena proses lebih cepat dan gaji lebih besar, dalam sebulan bisa mendapatkan gaji Rp7 juta, sedangkan gaji PMI jalur resmi itu Rp3,5 juta.
"Tapi itu dia, taruhan nyawa, kalau bisa berenang bisa sampai, tapi kalau tidak akan tenggelam. Saya tidak berani lagi menggunakan jalur ilegal, lebih baik gaji sedikit dari pada risiko besar harus dihadapi," katanya.
Pengirim PMI ilegal ini memiliki jaringan khusus, kebanyakan yang menggunakan jalur yang telah lama bekerja dan sebagian yang diajak oleh teman atau keluarganya yang sudah bekerja di Malaysia. Selain itu juga, para PMI yang ilegal itu tetap bisa bekerja, hanya saja ketika ada razia, mereka harus lari dan bersembunyi di tengah kebun sawit.
“Rasa was-was selalu ada, ketika ada razia dari Pemerintah Malaysia,” katanya.
Editor: Nani Suherni