Kisah Keretakan Petinggi Kerajaan Mataram Islam, Dipicu Persoalan Perempuan
Melalui seorang utusan bernama Patradita, Pragola menyampaikan permohonan pada Panembahan Senapati untuk meminta wilayah-wilayah di sebelah utara Gunung Kendeng. Permohonan Adipati Pragola pun dikabulkan oleh Panembahan Senapati.
Hal ini membuat sejumlah wilayah di utara Gunung Kendeng, seperti Warung Blora, Grobogan, dan Jipang, menjadi kekuasaan Pati. Belum puas dengan permohonan pertama, Adipati Pragola pun kembali mengutus Patradita untuk meminta tombak dan batangnya pada Panembahan Senapati.
Alasannya karena wilayah bang wetan menyerbu Pati, tapi Panembahan Senapati menyadari itu merupakan penentangan secara halus dari Pragola. Dia pun akhirnya memberikan tombak tanpa batangnya kepada Patradita.
Selepas Patradita, Adipati Demak yang bernama Mas Sori menghadap ke Panembahan Senapati. Dia melaporkan sejumlah wilayah seperti Warung, Blora, Grobogan, dan Jipang, telah tunduk pada Pati. Di sisi lain, Adipati Pragola I yang kian mendapat angin telah menyatakan membangkang terhadap Mataram.
Melihat hal tersebut, Panembahan Senapati memerintahkan pasukan Mataram untuk menghadapi pasukan Pati. Sementara pasukan Pati sendiri dipimpin Adipati Pragola dan melibatkan para tamtama, seperti Mangunjaya, Arya Sindurraja, Rajamanggala, Sawunggaling, Tohpati, Binorong, dan Surengpati. Selanjutnya juga ada Pecatanda, Kanduruhan, dan Wilatikta bergerak menuju Mataram.
Mendengar Adipati Pragola beserta pasukannya datang ke Mataram, Mataram pun bersiap. Panembahan Senapati memutuskan Adipati Anom Mataram atau Raden Mas Jolang sebagai panglima perang.
Selanjutnya, pasukan Mataram di bawah komando Adipati Anom Mataram pun berangkat menghadapi pasukan Pati. Mereka membangun kemah dan kekuatan di Prambanan. Pertarungan pasukan Mataram dan Pati pun tak dapat dihindari.
Pertarungan sengit tersaji antara Adipati Anom Mataram dengan Adipati Pragola I. Namun karena kesaktiannya, Adipati Anom Mataram pun dipukul mundur dari Palagan oleh Adipati Pragola. Pasukan Adipati Anom Mataram sempat kalah dan dibuat kocar-kacir.
Editor: Nani Suherni