Anak Diduga Dihamili Ayah di Lombok Ternyata Tak Mengandung, Polisi Tunggu Hasil Visum

GERUNG, iNews.id - Anak yang diduga dihamili ayahnya di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) ternyata tidak mengandung. Kepolisian kini masih menunggu hasil visum dari dokter.
Sebelumnya, terduga pelaku berinisial S (50) babak belur dihajar warga lantaran dituding menghamili anak kandungnya yang masih berusia 16 tahun.
Kasat Reskrim Polres Lombok Barat Iptu I Made Dharma Yulia Putra memastikan anak tersebut sudah membuat laporan di unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Lombok Barat.
"Korban sudah membuat laporan dan tidak hamil. Kami masih menunggu hasil visum dokter," ujar I Made Dharma Yulia Putra, Senin (17/7/2023).
Dari hasil pemeriksaan, korban diduga dicabuli ayahnya selama setahun. Saat ini, polisi terus mendalami informasi terkait kasus yang berujung pengeroyokan terhadap S terduga pelaku.
Sebelumnya, aksi pengeroyokan itu bermula ketika salah satu warga mengumumkan kepada masyarakat melalui pengeras suara pada pukul 14.00 Wita tentang perilaku terduga pelaku S. Lantas, warga beramai-ramai mendatangi rumahnya dan melakukan pengerusakan.
Tidak berselang lama, S melintas di antara kerumunan warga menggunakan motor mengarah ke rumahnya. Warga yang mengenalinya langsung mengejar S. Dia tertangkap di simpang tiga Dusun Suradadi. Warga pun langsung menghakiminya.
Video penganiayaan terhadap S beredar luas di media sosial. Masa memukul, menendang, hingga menginjak-injak kepalanya. Warga juga nyaris membakarnya hidup-hidup dengan menumpuk daun kelapa kering dan kayu di atas tubuhnya. Kepolisian Polsek Sekotong langsung bertindak cepat mengamankan S.
Kabid Humas Polda NTB Kombes Pol. Arman Asmara Syarifuddin mengatakan anggotanya langsung turun ke lokasi kejadian. S kini dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NTB. Dia mengalami luka di sekujur tubuhnya.
"Pria yang dianiaya tersebut langsung segera diselamatkan dari amukan warga dan segera dilarikan ke Puskesmas untuk mendapat perawatan," ujar Arman Asmara.
Editor: Nani Suherni